Friday, October 17, 2008

Thursday Incident

Ada kejadian yg lumayan aneh terjadi Kamis sore kemaren, di lantai 11, tepatnya di kantor pajak seberang kantor gue. Ketika lagi asyik2nya bekerja (alah), tiba2 ada keributan kecil terjadi. Ternyata, ada seorang karyawan pajak yang dikira sedang tidur di karpet dekat mejanya, meninggal.

Orang ini memang biasanya tidur di situ, kalo lagi kecapekan, menurut teman2nya. Jadi ya gak ada yg bangunin waktu liat dia tidur dari pagi, karena sudah biasa. Dan kayaknya baru pada sadar pas sore, kok dia gak bangun2. Ternyata sudah meninggal. Umurnya juga masih sekitar 35 tahun, katanya. Semua heboh. Ya iyalah, siapa yg gak heboh kalo tiba2 rekan kantornya meninggal mendadak di tempat kerja. Dan kehebohan ini merembet ke kantor gue. Beberapa temen gue ketakutan.

Ya, mau bilang apa? Usia bukan jaminan. Yang terlihat sehat hari ini, belum tentu besok masih bisa bernafas. Semua itu kan sudah ada yg ngatur di atas sana. Kalo memang sudah waktunya "dipanggil" ya nggak ada yg bisa kita lakukan toh?

Dari jam 4an sampai pas waktu gue pulang jam 7 kurang, jenasahnya masih belum diturunin ke ambulance. Karena masih diurus sesuai prosedur katanya. Bahkan ada polisi juga. Mungkin itungannya jadi TKP kali ya? Hmm.... Life is always full of surprises, You'll never know what you going to get...

Labels: , , ,

Thursday, October 16, 2008

Married Life

Dulu...gak kebayang gimana rasanya kalo menikah. Bahkan gak kebayang buat menikah. Belum. Hehe..
Pacaran ya pacaran aja. Seneng2 doang. Baru setelah melewati usia seperempat abad mulai "mikir" ke arah sana. Setelah gagal beberapa kali (ho ho ho), akhirnya menemukan yang orang bilang sebagai jodoh. Soul Mate. Tidak sempurna, itu jelas, karena hanya Tuhan yg Maha Sempurna, tapi seperti namanya, Soul Mate, alias Belahan Jiwa kalo bahasa Belandanya...ahahaha, justru dia menjadi pelengkap, menutup belahan jiwa yang tadinya "kosong" itu.

Tanggal 3 Agustus 2008 kemaren, akhirnya gue resmi menjadi suami buat Niken Purnarini, belahan jiwa gue itu. Banyak suka dan duka kita berdua lewati sepanjang masa pacaran kita. Sampai akhirnya gue putuskan untuk menjadikan dia pendamping hidup gue, hopefully, buat selamanya. Ada teman gue yang nanya, "Gimana sih lu bisa tau kapan saatnya lu merasa "This is the right time to get married with someone you love"?" Terus terang, gue bingung jawabnya. Hahaha. Gue jawab aja apa yg gue rasain ke dia, bahwa nanti kalo udah nemu yang "pas" di hati, rasa atau momen itu bakal muncul dengan sendirinya. Seperti yang gue bilang tadi, bukan karena si dia adalah mahluk yang sempurna, tapi karena kita berdua tidak sempurna, namun saling melengkapi kekurangan masing2. That's it. IMHO.

Sekarang, sudah hampir 3 bulan gue menjalani hidup pernikahan berdua di sebuah rumah kontrakan kecil di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. I really2 enjoy it. Every second of it. Pertengkaran2 kecil, ketawa bareng, nangis bareng, etc. I love her. I love being with her, I love being her husband. Mengulang kalimat gue di atas, bahwa dulu gak kebayang gimana rasanya menikah, sekarang gue akhirnya merasakan, betapa menyenangkannya menanti saat pulang ke rumah, menjemput istri di kantornya, kemudian pulang bersama ke kontrakan kita. It's fun.

Sekarang, Thanks to God in Heaven, kebahagiaan gue ditambah lagi, pengalaman hidup pernikahan gue ditambah lagi, istri gue sudah 11 minggu ini hamil. Hehehe. Deg2an, senang, khawatir campur jadi satu. Yang jelas, gue sudah gak sabar pengen jadi ayah. Dan istri gue sudah gak sabar pengen jadi ibu. Hehehe.

Nanti gue crita2 lagi deh...

Labels: , , , , , , , , ,